Jumat, 02 November 2012

obat antibiotik

Saat ini, obat antibiotik banyak digunakan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Antibiotik adalah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Obat antibiotik berasal dari bahan kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme. Beberapa antibiotiK bersifat “bakterisida”, yang berarti bekerja dengan membunuh bakteri. Dan lainnya bersifat “bakteriostatik”, yang berarti bekerja dengan menghentikan perkembangan bakteri. Obat antibiotik juga dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa dan jamur. Beberapa antibiotik yang tersedia di pasar antara lain azithromycin, clarithromycin, eritromisin, amoksisilin, penisilin, trimethoprim. Dalam beberapa dekade terakhir, antibiotik diproduksi dalam skala besar dan terdapat antibiotik yang dikhususkan untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Tetapi sangat sedikit yang menyadari bahaya antibiotik jika dikonsumsi secara sembarangan, tanpa mengetahui dosis tepat dan keterangan lebih rinci tentang obat tersebut. Selain itu penggunaan obat antibiotik yang tidak sesuai dengan dosis dapat menghilangkan manfaat dan menyebabkan resisten terhadap obat tersebut. Berikut merupakan efek samping antibiotik yang umumnya terjadi. 1. Efek samping antibiotik antara lain dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti rasa gatal, peradangan atau ruam, yang menyebabkan adanya pembengkakan. Pembengkakan dapat terjadi di leher, hidung, tenggorokan, atau mulut, sehingga dapat mengganggu kemampuan Anda dalam bernapas. Pada reaksi alergi yang sangat kronis, berakibat terjadinya penurunan tekanan darah yang sangat drastis. Reaksi alergi pada perempuan dapat menyebabkan gatal-gatal pada vagina. 2. Gangguan pencernaan seperti diare, muntah, sakit perut, merupakan efek samping antibiotik yang sering terjadi. Pada manusia dalam kondisi sehat terdapat bakteri “baik” yang mengatur metabolisme, membantu pencernaan, memproduksi vitamin tertentu. Bakteri tersebut dapat terbunuh oleh obat antibiotik, sehingga mengganggu keseimbangan dalam usus, dan memungkinkan bakteri yang merugikan akan tumbuh. Sebab tempat bakteri biasanya berkolonial telah terbunuh, kemungkinan akan ditumbuhi jamur. Clindamycin merupakan obat antibiotik yang digunakan untuk infeksi yang paling serius, dengan efek samping akan mengalami radang usus (sejenis kolitis) yang dapat menyebabkan diare kronis, terutama bagi pasien lanjut usia. 3. Efek samping terbesar terjadi pada organ hati dan ginjal. Bahaya antibiotik akan sangat tampak, ketika obat dikonsumsi dengan dosis tinggi oleh pasien yang menderita penyakit seperti pielonefritis, glomerulonefritis dan hepatitis. Sehingga dapat berakibat pada kerusakan hati, dengan gejala seperti penyakit kuning, demam, dan perubahan warna feses serta urin yang lebih gelap. Berikut ini adalah daftar efek samping yang jarang terjadi dari beberapa obat antibiotik: • Pembentukan batu ginjal (sulphonamides) • Pembekuan darah yang abnormal (sefalosporin) • Kepekaan berlebihan terhadap matahari (tetrasiklin) • Kelainan pada darah (trimetoprim) • Berkurangnya fungsi indra pendengar (eritromisin dan aminoglikosida) Penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa penggunaan antibiotik secara terus-menerus dapat menyebabkan supresi imun. Sebab antibiotik bekerja menghambat proses enzimatis suatu bakteri, sehingga sel-sel normal juga akan terpengaruh, dan berakibatnya akan melemahkan respon kekebalan tubuh. Meskipun antibiotik berpotensi menyebabkan beberapa efek samping, bukan berarti Anda harus menghindarinya. Ketika obat antibiotik digunakan dengan tepat dan di bawah pengawasan dokter, dapat menjadi cara efektif dalam pengobatan berbagai jenis infeksi. Jangan pernah mengkonsumsi antibiotik tanpa resep dokter, sebab hal tersebut dapat membahayakan kesehatan Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar